Breaking News

Sejarah di Balik Seragam "Loreng Darah Mengalir" Kopassus


Komando Bhayangkara - KOPASSUS identik dengan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) loreng bercorak macan tutul. Namun, ketika Danjen Kopassus berganti menjadi Kolonel Moeng Pahardimulyo, PDL dengan corak macan tutul pun ikut berganti menjadi corak darah mengalir. PDL dengan corak terbaru ini resmi diperkenalkan Kopassus saat hari ulang tahun TNI (dulu ABRI) tanggal 5 Oktober 1964.

Melansir dari berbagai sumber, adanya pergantian corak tersebut karena pakaian loreng macan tutul ini mulai menipis ketersediaannya dan sudah tidak diproduksi lagi. Jadi, TNI AD harus mencari alternatif penggantinya.

Pada awalnya, pakaian ini tidak khusus digunakan oleh Kopassus. Akan tetapi, diperuntukkan oleh seluruh kesatuan yang ada di TNI AD.

Baru kemudian, seragam dengan corak ini resmi diperuntukkan bagi Kopassus pada 1992. Akan tetapi, penggunaannya hanya untuk kegiatan internal di dalam satuan saja.

Tak hanya sekadar corak. Darah mengalir yang tergambar di dalam seragam Kopassus ini memiliki arti yang sangat dalam, dan menggambarkan mental prajuritnya. Seorang anggota Kopassus yang terkenal dengan ‘baret merah’ ini tidak akan pernah gentar ketika menghadapi musuh negara. Meskipun, harus bersimbah darah dan bertaruh nyawa. (diolah dari berbagai sumber Ajeng Wirachmi/Litbang MPI). (MKB/OKEZONE)

Foto: Ilustrasi Prajurit Kopassus/Instagram @ noer_mancunk_ramadistro
Sejarah di Balik Seragam "Loreng Darah Mengalir" Kopassus Sejarah di Balik Seragam "Loreng Darah Mengalir" Kopassus Reviewed by Admin Kab. Semarang on Rating: 5

Tidak ada komentar