BAHASA PROKEM INDONESIA - SEJARAH, FUNGSI, DAN PENGARUHNYA
Komando Bhayangkara - Prokem adalah bahasa yang digunakan oleh komunitas tertentu dengan kata-kata yang dimodifikasi, unik, atau tidak umum dipahami oleh orang luar. Bahasa "Prokem" merupakan bagian tak terpisah dari keragaman bahasa dan budaya Indonesia yang terus berkembang seiring waktu. Sebagai bahasa yang digunakan oleh komunitas tertentu, prokem memiliki ciri khas kata-kata yang dimodifikasi, unik, dan tidak selalu dipahami oleh orang luar. Tujuan utamanya adalah untuk berkomunikasi rahasia, menandai keanggotaan kelompok, atau mengekspresikan diri secara kasual.
1. SEJARAH DAN ALASAN MUNCULNYA BAHASA PROKEM
Bahasa prokem muncul karena beberapa alasan utama:
- Kebutuhan akan Komunikasi Rahasia
Awalnya, prokem dibuat oleh kalangan tertentu seperti preman, narapidana, dan bahkan pejuang kemerdekaan. Tujuan utamanya adalah untuk berkomunikasi tanpa dikenali oleh orang luar. Contohnya, preman menggunakan prokem agar percakapan tentang kegiatan mereka tidak dikenali polisi, sedangkan pejuang kemerdekaan menggunakannya untuk menghindari bocornya informasi kepada mata-mata penjajah.
- Keinginan untuk Menunjukkan Keberadaan dan Kebersamaan
Seiring berjalannya waktu, prokem mulai diadopsi oleh kalangan pemuda sebagai bentuk ekspresi diri dan tanda keanggotaan dalam suatu kelompok. Penggunaannya menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari komunitas yang berbeda dan memiliki kebersamaan dengan teman sebaya.
2. KEUNIKAN DAN PENGARUH BAHASA PROKEM
Prokem sering berkembang dan berubah seiring waktu, dipengaruhi oleh berbagai faktor:
- Pengaruh Bahasa Lokal dan Dialek
Pembentukan kata-kata prokem sangat dipengaruhi oleh bahasa dan dialek lokal di daerahnya. Setiap komunitas (misalnya kelompok pemuda, kalangan pekerja, atau kelompok dengan minat khusus) memiliki kata-kata prokem yang unik atau variasi khas yang hanya mereka pahami, menjadikannya ciri identitas dan alat memperkuat kebersamaan.
Contoh:
- Semarang: Prokemnya banyak menggunakan aksara Jawa yang dibalik, seperti "dhenyom" (perempuan, dari "wedok") dan "kahath" (makan, dari "mangan").
- Jakarta: Dominan dipengaruhi bahasa Betawi, seperti "cebong" (pemuda baru) dan "ojol" (online ojek, awalnya prokem sebelum menjadi istilah umum).
- Surabaya: Mengandung unsur dialek Jawa Suroboyo, seperti "jeroan" (orang penting di dalam kelompok).
- Pengaruh Bahasa Asing
Bahasa asing juga memberikan kontribusi besar pada prokem Indonesia, terutama bahasa Inggris, Belanda, dan beberapa bahasa Asia lainnya. Pengaruh ini muncul karena sejarah kolonial, globalisasi, dan akses ke budaya luar melalui media. Kata-kata asing biasanya dimodifikasi agar lebih mudah diucapkan atau disesuaikan dengan bunyi bahasa lokal.
Contoh:
- Bahasa Inggris: "otot" (dari "out", menyebut orang yang tidak termasuk dalam kelompok), "kopet" (dari "copy paste", menyebut orang yang meniru), "top" (dari "top", menyebut sesuatu yang bagus).
- Bahasa Belanda: "bokap" (dari "vader" atau "bapa", menyebut ayah), "neng" (dari "non", menyebut perempuan muda).
- Bahasa Asia Lainnya: "mbok" (dari bahasa Hokkien "po", menyebut perempuan tua atau pembantu), "sembako" (singkatan dari "sembilan bahan pokok", awalnya dipengaruhi kata Jepang "senbako" yang berarti kotak berisi barang-barang).
3. CONTOH PROKEM DARI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA
Berikut adalah beberapa contoh prokem yang cukup dikenal dari berbagai daerah:
- Jakarta: Cebong (pemuda baru), jengkel (marah), bule (orang asing).
- Semarang: Kas (mas), ngasruh (ngawur).
- Surabaya: Suroboyoan (orang Surabaya), lontong (uang, jarang dipakai sekarang), bonceng (menumpang motor).
- Yogyakarta: Jogja (singkatan Yogyakarta), bledhek (orang ceroboh), gudeg (sesuatu yang khas).
- Bandung: Kota Kembang (julukan Bandung yang digunakan sebagai prokem), ngobrol (berbicara secara santai).
- Medan: Pulo (istilah untuk Medan), ngopi (minum kopi sebagai ajakan bertemu).
- Makassar: Coto (sesuatu yang enak, dari makanan khas Makassar), bugis (orang dari Sulawesi Selatan).
- Palembang: Pempek (sesuatu yang khas, dari makanan khas Palembang), siang (makan siang sebagai ajakan).
Perlu diperhatikan bahwa prokem dapat bervariasi tergantung komunitas atau kalangan pengguna, dan maknanya juga bisa berbeda tergantung konteks. Beberapa prokem bahkan dapat berubah makna atau hilang seiring waktu seiring dengan perubahan budaya dan sosial.
Informasi ini disebarkan untuk meningkatkan pemahaman tentang keragaman bahasa Indonesia, termasuk bahasa prokem yang menjadi bagian dari warisan budaya lokal. Semua contoh dan penjelasan disusun berdasarkan data yang umum dikenal dan dapat bervariasi sesuai dengan konteks dan daerah.
Minggu (7/12/2025)
Sumber : Informasi Umum
(Bdn)
Tidak ada komentar