Faisal Basri Kukuh, Hilirisasi RI Untungkan China!
Ekonom Senior Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri bersikukuh bahwa hilirisasi yang dilakukan di Indonesia pada sektor pertambangan, khususnya nikel, malah menguntungkan China.
Dia kembali mengatakan bahwa keuntungan hilirisasi nikel yang dilakukan Indonesia justru lari ke China hingga 90%, sedangkan sisa 10% baru dinikmati Indonesia. Dia mengatakan hal itu bisa terjadi karena perusahaan hilirisasi nikel dalam negeri kebanyakan dari China, sehingga uang hasil penjualan dari hilirisasi nikel pun dibawa ke China.
"Jadi, ekspor memang dahsyat kenaikannya (ekspor) namun perlu diingat, ekspor itu dilakukan sebagian besar oleh perusahaan China yang hasil ekspornya nggak dibawa ke Indonesia. Paling kalau dibawa ke Indonesia hanya 1 hari, besoknya dia bawa dan itu hak mereka memang," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Mining Zone, dikutip Selasa (15/8/2023).
Dia menilai bahwa hal itu merupakan strategi bisnis China yang mana semua modal berasal dari China, perusahaan milik China, sehingga hak mereka untuk membawa kembali keuntungan yang diperoleh di Indonesia untuk dibawa ke China.
"Ini kan strategi bisnis mereka dan bahkan perusahaan nasional banyak yang menaruh uang di Singapura, apalagi ini perusahaan asing yang 100% modal dari China yang mereka bawa ke China," tambahnya.
Sehingga dia mengkritisi pemerintah yang mudah mengklaim bahwa sebenarnya yang didapatkan Indonesia hanyalah keuntungan milik China.
"Jadi mudah saja, kok kita klaim uang orang sebagai uang kita," tandasnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves Septian Hario Seto angkat suara. Dia mengatakan bahwa pola pikir Faisal salah lantaran jika ekspor bijih nikel ini terus dilakukan, maka nilai manfaat dari bijih nikel yang kita miliki 100% dinikmati oleh negara lain.
"Jadi negara asing 100% dan Indonesia 0%. Tidak ada pajak dan penambahan tenaga kerja yang tercipta di Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (14/8/2023).
Dia menjelaskan bahwa Indonesia menikmati nilai tambah dari hilirisasi nikel mencapai 53%. Hal itu melalui perhitungan bahwa dari 100% nilai produk smelter, kontribusi bijih nikel adalah 40%, 12% laba operasi yang bisa dinikmati investor, dan 48% adalah sumber daya tambahan yang perlu dikeluarkan untuk mengolah bijih nikel tersebut.
"Dari 48% angka tersebut, 32% dinikmati oleh para pelaku ekonomi di dalam negeri dalam bentuk batu bara (untuk listrik), tenaga kerja, dan bahan baku lain. Sehingga hanya 16% yang dinikmati oleh pihak supplier dari luar negeri," paparnya.
Berdasarkan hitungan tersebut, nilai tambah yang dinikmati oleh pihak luar negeri (investor dan supplier) adalah 16% ditambah komponen laba operasi 12%, sehingga menjadi 28%.
"Sehingga, nilai tambah yang dinikmati oleh dalam negeri adalah 32% atau secara proporsi mencerminkan sekitar 53% (32% dibagi 32%+12%+16) dari seluruh nilai tambah hilirisasi nikel. Nilai tambah dalam negeri akan lebih besar jika pihak investor asing tersebut melakukan reinvestasi di dalam negeri, tidak lagi mendapatkan tax holiday atau bahkan ada keterlibatan investor lokal," tandasnya.
Dengan begitu, Seto menilai bahwa angka yang dipaparkan olehnya lebih akurat dibandingkan data yang dipaparkan oleh Faisal Basri.
"Meskipun angka saya di atas adalah estimasi, tapi saya cukup yakin angka saya lebih akurat dibandingkan klaim Faisal Basri yang menyebutkan hanya 10% nilai tambah di dalam negeri yang dinikmati dari hilirisasi nikel ini," tandasnya.
Sumber: cnbcindonesia
Foto: Ekonom Senior Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri/Net
Faisal Basri Kukuh, Hilirisasi RI Untungkan China!
Reviewed by Admin Pusat
on
Rating:
Tidak ada komentar